5. perguruan tinggi yang dituju
Universitas Padjadjaran
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Universitas Padjadjaran
Didirikan 11 September 1957
Jenis Perguruan Tinggi Negeri Badan
Rektor Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA
Staf akademik 1.790 (2013)[1]
Jumlah
mahasiswa 29.269 (2013)[1]
Sarjana 3.937 (2013)[1]
Magister 4.370 (2013)[1]
Doktor 1.887 (2013)[1]
Lokasi Bandung, Jawa Barat
Warna Biru Tua
Julukan Jaket Biru Dongker
Afiliasi ASAIHL, - SEAMEO - AUN -
Situs web http://www.unpad.ac.id
Universitas Padjadjaran (disingkat Unpad) adalah sebuah perguruan tinggi negeri di
Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Universitas Padjadjaran memiliki dua kampus utama,
yaitu Kampus Iwa Koesoemasoemantri di Dipati Ukur, Bandung dan Kampus Jatinangor,
Kabupaten Sumedang. Selain dua kampus tersebut, terdapat pula beberapa kampus yang
tersebar di beberapa lokasi di area Kota Bandung antara lain Sekeloa, Singaperbangsa,
Dago 4, Simpang Dago, Dago Atas, Dago Pojok, Banda, Cimadiri, Cisangkuy, Eikman,
Hukum
AUAP
Pasirkaliki, Teuku Umar, dan beberapa tempat lainnya yang dimanfaatkan oleh beberapa
unit di Unpad.
Pada 20 Oktober 2014, Universitas ini berubah status menjadi Perguruan Tinggi
Negeri Badan Hukum (PTN BH) dari Badan Layanan Umum (BLU). Peresmian itu
ditandai dengan peraturan pemerintah (PP) yang ditandatangani mantan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Penetapan itu didasarkan atas evaluasi kinerja yang dilakukan tim
independen yang dibentuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayan (Kemendikbud)[2]
Daftar isi
[tampilkan]
.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Pemilihan nama "Padjadjaran" yang digunakan diambil dari nama kerajaan Sunda,
yaitu Kerajaan Padjadjaran, yang dipimpin oleh Raja Prabu Siliwangi atau Prabu
Dewantaprana Sri Baduga Maharaja di Pakuan Padjadjaran (1473-1513 M). Nama
ini adalah nama yang paling terkenal dan dikenang oleh rakyat Jawa Barat, karena
kemashuran sosoknya di antara raja-raja yang ada di tatar Sunda pada masa itu.
Universitas Padjadjaran didirikan atas prakarsa para pemuka masyarakat Jawa Barat yang
menginginkan adanya perguruan tinggi tempat pemuda-pemudi Jawa Barat memperoleh
pendidikan tinggi untuk mempersiapkan pemimpin di masa depan.
Setelah melalui serangkaian proses, pada tanggal 11 September 1957 Universitas
Padjadjaran secara resmi didirikan melalui Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1957, dan
diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 24 September 1957.
Pada awal berdirinya, Unpad memiliki 4 fakultas, saat ini telah berkembang menjadi 16
fakultas dan program pascasarjana. Program yang ditawarkan Unpad meliputi program
doktor (S-3) terdiri dari 9 program studi, program magister (S-2) terdiri dari 19 program
studi, 2 program spesialis, 5 program profesi, dan program sarjana (S-1) terdiri dari 44
program studi, program diploma III (D-3) terdiri atas 32 program studi dan program
diploma IV (D-4) terdiri atas 1 program studi. Unpad juga memiliki Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) sebagai wadah untuk mengelola kegiatan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
Lahirnya Universitas Padjadjaran merupakan puncak dari gerakan pencerdasan
kehidupan masyarakat Jawa Barat yang sudah dirintis oleh beberapa tokoh, antara lain
Raden Dewi Sartika, Siti Jenab, Ayu Lasminingsih, K.H. Abdul Halim, dan K.H. Hasan
Mustofa.
Hasrat mencerdaskan kehidupan bangsa ini semakin kuat ketika kemerdekaan Republik
Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Tokoh-tokoh masyarakat
Jawa Barat berkeinginan keras agar generasi muda Jawa Barat dapat meningkatkan
pendidikannya sampai jenjang perguruan tinggi. Keberadaan Institut Teknologi Bandung
(ITB) kala itu dianggap kurang memadai. Selain karena pendidikan khusus di bidang
teknik, juga dianggap tidak terlalu mendukung pendidikan Jawa Barat dan Bandung,
karena ITB sudah merupakan perguruan tinggi nasional.
Masyarakat Jawa Barat ingin memiliki sebuah universitas negeri yang menyelenggarakan
pendidikan dalam berbagai bidang ilmu. Akan tetapi, karena situasi politik dan
keamanan yang tidak kondusif karena berkecamuknya Perang Kemerdekaan (1945-
1949), perwujudan ke arah cita-cita itu terhambat. Pada tahun 1950-an tekad para tokoh
masyarakat Jawa Barat untuk memiliki sebuah universitas negeri di Bandung semakin
mengarah pada kenyataan, terutama setelah dipilihnya Kota Bandung sebagai tempat
diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tanggal 18-24 April 1955.
Pada tanggal 4-7 Nopember 1956 dengan sepengetahuan penguasa dan pemerintahan
setempat di masa itu, pernah diadakan Kongres Pemuda Sunda di Bandung dan
dihadiri oleh para utusan dari semua daerah Jawa Barat, termasuk Jakarta, dan juga dari
Yogyakarta. Kongres ini bertujuan untuk mencari jalan konkret dan positif dalam turut
serta menyelesaikan berbagai masalah yang pada saat itu berkecamuk di Tanah Sunda,
termasuk gangguan keamanan yang dilakukan oleh gerombolan Kartosuwiryo, kehidupan
sosial ekonomi yang dirasakan sangat sulit, dan kehidupan kebudayaan yang tertekan.
Melalui Surat Keputusan Nomor 91445/.CIII tanggal 20 September 1957, Menteri
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan mengubah status dan fungsi Badan Pekerja
Panitia Negara Pembentukan Universitas Negeri di Bandung menjadi Presidium
Universitas Padjadjaran. Presidium ini dilantik oleh Presiden Republik Indonesia tanggal
24 September 1957 di Gubernuran Bandung, yang dihadiri oleh Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan, para presiden universitas negeri seluruh Indonesia, para
pembesar sipil dan militer, para guru besar dan dosen.
Pada awal berdirinya Universitas Padjadjaran hanya memiliki 4 (empat) fakultas, yaitu
Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kedokteran,
dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Dua fakultas yang disebut pertama berasal
dari Yayasan Universiitas Merdeka di Bandung; sementara fakultas yang disebut
terakhir merupakan penjelmaan dari Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) di
Bandung. Keempat fakultas ini secara resmi pembentukannya didasarkann pada peraturan
Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 1957 tertanggal 24 September 1957.
Di masa-masa perjuangan dan perintisan pendiriannya, Universitas Padjadjaran
dipimpin oleh sebuah presidium yang diangkat oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan. Pelantikan presidium ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 24 September
1957, bertempat di Gubernuran Jawa Barat, Jalan Otto Iskandar Dinata No. 1 Bandung.
Presidium ini terdiri dari tokoh-tokoh kalangan pemerintah daerah dan masyarakat Jawa
Barat.
Kepemipinan Universitas Padjadjaran oleh Presidium hanya berlangsung satu setengah
bulan. Selanjutnya pada tanggal 6 November 1957 berdasarkan Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 154/M tanggal 1 Oktober 1957 pimpinan Universitas
Padjadjaran diserahterimakan dari Presidium kepada Prof.Mr.Iwa Kusuma Sumantri yang
diangkat menjadi Presiden Universitas Padjadjaran.
Untuk mambantu kelancaran tugas pimpinan universitas, pada tanggal 20 Februari 1958
dibentuk Yayasan Pembina Universitas Padjadjaran dengan ketua Prof.Mr.Iwa Kusuma
Sumantri yang dibantu oleh beberapa orang pejabat pemerintah daerah dan tokoh
masyarakat Jawa Barat. Pembentukan yayasan ini pun dimaksudkan untuk memberikan
dukungan serta bantuan moral dan material bagi pembina Universitas Padjadjaran dan
penghubung antara universitas masyarakat.
Pada tanggal 30 Agustus 1958, pemerintah juga melantik Dewan Kurator Universitas
Padjadjaran dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
Nomor 8295/S, tanggal 22 Agustus 1958. Dewan ini bertugas membantu pemerintah
dalam pemeliharaan dan pembinaan Universitas Padjadjaran. Pada 18 September 1960,
dibuka Fakultas Pendidikan Jasmani (FPJ) sebagai perubahan dari Akademi Pendidikan
Jasmani. Pada tahun 1963-1964, FPJ dan FKIP melepaskan diri dari Unpad dan masing-
masing menjadi Sekolah Tinggi Olah Raga dan Institut Keguruan & Ilmu Pendidikan
(IKIP, sekarang Universitas Pendidikan Indonesia).
Tahun 1961, Prof.Mr.Iwa Kusumasumantri diangkat menjadi Menteri PTIP. Oleh karena
iitu, Presiden Universitas Padjadjaran untuk sementara waktu dijabat oleh Prof. drg.
R. G. Soeria Soemantri, M.P.A., F.A.C.D., M.R.S.H. (September 1961 s.d. Juni 1962)
dengan Drs. Muchtar Affandi sebagai sekretaris. Selanjutnya Prof. drg. R. G. Soeria
Soemantri dikukuhkan sebagai Presiden Universitas Padjadjaran untuk periode 1962-
1964. Pengukuhan ini diikuti juga dengan perubahan struktur organisasi Universitas
Padjadjaran, yaitu jabatan Sekretaris I dan II diubah menjadi Kuasa Presiden I, II dan III.
Sejak tahun 1963, keorganisasian di Universitas Padjadjaran mengalami perubahan lagi,
yaitu sebutan Presiden Universitas Padjadjaran menjadi Rektor Universitas Padjadjaran,
dan Kuasa Presiden menjadi Pembantu Rektor.
Sejalan dengan perkembangan pendidikan/ilmu pengetahuan maka pada tanggal 22
September 1973, Rektor/Ketua Senat Guru Besar dengan Surat Keputusan Nomor
30/Kep/Universitas Padjadjaran. Kebijakan ini disusul oleh Surat Keputusan Rektor
Nomor 75/Kep/Universitas Padjadjaran/73 tentang Struktur, Organisasi, Wewenang dan
Tatakerja dalam Lingkungan Universitas Padjadjaran.
Pada perkembangan selanjutnya struktur, organisasi, wewenang dan tatakerja dalam
lingkungan Universitas Padjadjaran mengalami berbagai perubahan yang menyesuaikan
dengan tuntutan dan situasi kekinian dunia pendidikan.
Rektor[sunting | sunting sumber]
• Prof. Iwa Koesoemasoemantri (1957–1961)
• Prof. Soeria Soemantri (1961–1964)
• Moh Sanusi Hardjadinata (1964–1966)
• Prof. RS Soeria Atmadja (1966–1973)
• Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja (1973–1974)
• Prof. Hindersah Wiraatmadja (1974–1982)
• Prof. Dr. Yuyun Wirasasmita (1982–1990)
• Prof. Dr. H. Maman P. Rukmana (1990–1998)
• Prof. Dr. HA Himendra Wargahadibrata (1998–2007)
• Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA (2007–sekarang)
Lagu[sunting | sunting sumber]
Lagu wajib mahasiswa Universitas Padjadjaran adalah Himne UNPAD dan Almamater,
yang diciptakan oleh Alumnus UNPAD, Iwan Abdurrahman. Dalam lagu Himne
Universitas Padjadjaran ini, bait-baitnya menggambarkan rasa cinta dan harapan insan-
insan di dalamnya. Penggambaran yang jujur apa adanya tentang sebuah pengabdian,
cinta dan harapan. Hal ini tercermin dari liriknya yang lugas, sederhana, dengan
kombinasi nada yang mudah difahami. Sedangkan Almamater, lagu ini menggambarkan
rasa cinta sivitas akademika kepada Universitas Padjadjaran. Liriknya ‘Jangankan
keringatku, darahku pun kurelakan. Guna baktiku padamu, Almamater...’, mengingatkan
bagaimana sivitas akademika UNPAD tetap cinta dan rela berkorban demi almamater. [3]
Mesjid Raya Universitas Padjadjaran, berada di Kampus Jatinangor
Fasilitas[sunting | sunting sumber]
Pemondokan[sunting | sunting sumber]
UNPAD mempunyai Pemondokan beragam, terdiri dari Asrama Padjadjaran I,
Asrama Padjadjaran II, Asrama Padjadjaran III dan Asrama Pedca. Semua asrama ini
diperuntukan untuk mahasiswa, baik untuk mahasiswa Bidik Misi (Asrama I dan II) mau
pun mahasiswa asing (Asrama III). Sedangkan mahasiswa yang mengambil Pendidikan
Dokter, disediakan Bale Padjadjaran untuk menunjang pemondokan di kampus. [4]
Ruang Pertemuan[sunting | sunting sumber]
.
Graha Sanusi Hardjadinata Universitas Padjadjaran
Salah satu gedung pertemuan yang sering digunakan adalah Graha Sanusi Hadjadinata.
Gedung ini mempunyai kapasitas 1000 orang dan sering digunakan untuk berbagai
kegiatan seperti seminar, rapat, dan wisuda. Selain untuk para civitas akademika
UNPAD, gedung ini juga disewakan untuk umum dan kegiatan resepsi. [5]
Selain gedung pertemuan, terdapat juga tiga Balai yang digunakan untuk kegiatan
penunjang kampus seperti seminar, rapat atau pun digunakan dalam acara kegiatan
kemahasiswaan.
.
Perpustakaan[sunting | sunting sumber]
Sebagai fasilitas penunjang pendidikan, UNPAD mempunyai perpustakaan pusat yang
berada di UNPAD Dipatiukur, Bandung. Perpustakaan ini dibawah koordinasi UPT
Perpustakaan.
Dalam operasionalnya, perpustakaan ini menjalankan fungsinya sebagai sarana belajar
mengajar, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat dalam menjalankan Tri Dharma
Perguruan Tinggi senantiasa memberikan pelayanan yang baik kepada sivitas akademika
Unpad khususnya, dan masyarakat pengguna lainnya. Sehingga perpustakaan terbuka
untuk umum.
Institut Teknologi Bandung
Institut Teknologi Bandung
Technische Hoogeschool te Bandoeng[1]
Lambang ITB[2]
Moto In Harmoniae Progressio (Latin)
Moto dalam
bahasa Indonesia Kemajuan dalam keselarasan
Didirikan
Jenis Perguruan tinggi negeri berbadan
Rektor Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi,
[3]
Staf akademik
3 Juli 1920 sebagai TH te
Bandoeng, 2 Maret 1959
diresmikan sebagai ITB[1][4]
hukum
DEA
1.175 (2013)[5]
S1 - 20 - 1,7%[5]
S2 - 332 - 28,26%[5]
S3 - 823 - 70,04%[5]
Jumlah
mahasiswa 20.901 (2013)[5]
Sarjana 14.071[5]
Magister 5.928[5]
Doktor 902[5]
Lokasi Jl. Ganesha 10/12Bandung, Jawa
Kampus Urban, 795.646 meter persegi[5]
Warna Deep Cobalt Blue
Julukan Kampus Ganesha; Kampus Cap
Maskot Ganesa
Situs web www.itb.ac.id
Barat, Indonesia
[2][6]
Gajah
Logo ITB[2][7]
Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah sebuah perguruan tinggi yang berkedudukan
di Kota Bandung. Nama ITB diresmikan pada tanggal 2 Maret 1959[1]
14 Oktober 2013 ITB menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH)
yang memiliki otonomi pengelolaan dalam akademik dan non-akademik sebagaimana
diatur Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2013 tentang STATUTA INSTITUT
TEKNOLOGI BANDUNG. ITB telah memiliki tujuh program studi yang terakreditasi
secara internasional dari ABET yang merupakan salah satu lembaga akreditasi
independen Amerika Serikat, satu program studi yang terakreditasi secara internasional
dari Royal Society of Chemistry RSC yang merupakan lembaga akreditasi Inggris[8][9]
Kampus utama ITB saat ini merupakan lokasi dari sekolah tinggi teknik pertama di
Indonesia[10]
Walaupun masing-masing institusi pendidikan tinggi yang mengawali ITB memiliki
karakteristik dan misi masing-masing, semuanya memberikan pengaruh dalam
perkembangan yang menuju pada pendirian ITB.
Asrama mahasiswa, perumahan dosen, dan kantor pusat administrasi tidak terletak di
kampus utama namun masih dalam jangkauan yang mudah untuk ditempuh. Fasilitas
yang tersedia di kampus di antaranya toko buku, kantor pos, kantin, bank, dan klinik.
. Sejak tanggal
sekaligus lembaga pendidikan tinggi pertama di Hindia-Belanda[11]
.
Selain ruangan kuliah, laboratorium, bengkel dan studio, ITB memiliki sebuah galeri seni
yaitu Galeri Soemardja, fasilitas olah raga, dan sebuah Campus Center. Di dekat kampus
juga terdapat Masjid Salman untuk beribadah dan aktivitas keagamaan umat Islam di
ITB. Untuk mendukung pelaksanaan aktivitas akademik dan riset, terdapat fasilitas-
fasilitas pendukung akademik, di antaranya Perpustakaan Pusat (dengan koleksi sekira
150.000 buku dan 1000 judul jurnal), Sarana Olah Raga, Sasana Budaya Ganesha, Pusat
Bahasa, pusat layanan komputer (ComLabs). ITB juga memiliki Observatorium Bosscha
(salah satu fasilitas dari Kelompok Keahlian Astronomi FMIPA), terletak 11 kilometer di
sebelah utara Bandung.
Rektor ITB saat ini adalah Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, untuk masa jabatan
2015-2020.
Daftar isi
[tampilkan]
[12]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Technische Hoogeschool te Bandoeng, Bandung Kogyo Daigaku, Sekolah
Tinggi Teknik Bandung, Technische Faculteit, Nood-Universiteit van Nederlandsch
Indie, Universiteit van Indonesie te Bandoeng, Universitas Indonesia Bandung, dan
Sejarah perguruan tinggi di Indonesia
Technische Hooge School 1929
Aula Barat ITB, bangunan peninggalan masa penjajahan Belanda dengan bentuk atapnya
yang khas karya arsitek Henri Maclaine Pont.
Kurun waktu sejarah pendirian ITB dapat dibagi dalam periode:
• Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS - 1920-1942)
• Institute of Tropical Scientific Research (1942-1945)
• Bandoeng Koogyo Daigaku (1944-1945)
• Sekolah Tinggi Teknik Bandung (1945-1946)
• Technische Faculteit, Nood-Universiteit van Nederlandsch Indie (1946-1947)
• Faculteit van Technische Wetenschap dan Faculteit der Exacte Wetenschap
Universiteit van Indonesie te Bandoeng (1947-1950)
• Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam Universitas Indonesia
Bandung (1950-1959)
• Institut Teknologi Bandung (1959-sekarang)
Sejarah ITB bermula sejak awal abad ke-20, atas prakarsa masyarakat penguasa kala itu.
Tujuan awal pendiriannya adalah untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik yang menjadi
sulit karena terganggunya hubungan antara negeri Belanda dan wilayah jajahannya
di kawasan Nusantara, sebagai akibat pecahnya Perang Dunia Pertama. Technische
Hoogeschool te Bandoeng (sering disingkat menjadi TH te Bandoeng, TH Bandung, atau
THS) berdiri tanggal 3 Juli 1920 sebagai sekolah tinggi pertama di Hindia Belanda.[13]
TH Bandung dibuka pertama kali dengan satu fakultas yaitu de Faculteit van Technische
Wetenschap yang hanya mempunyai satu bagian yaitu de afdeeling der Weg- en
Waterbouwkunde. Kampus ITB merupakan tempat di mana presiden Indonesia pertama,
Soekarno, meraih gelar insinyurnya dalam bidang Teknik Sipil. Lama studi untuk
menjadi insinyur adalah empat tahun. Sampai dengan ditutupnya pada tahun 1942, THS
memiliki empat bagian (afdeeling) yaitu Sipil (1920), Kimia (1940), Mesin (1941) dan
Listrik (1941); namun tiga bagian terakhir belum sempat meluluskan seorang insinyur.
Pada masa penjajahan Jepang, upaya untuk membuka kembali perkuliahan TH Bandung
ditolak secara tegas, namun kegiatan penelitian di laboratorium-laboratorium yang ada
di kampus TH Bandung diijinkan. Komunitas laboratorium tersebut dinamakan Institute
of Tropical Scientific Research (Lembaga Penelitian Ilmiah Tropis) yang diawaki oleh
banyak staf akademik TH Bandung.
Pada tanggal 1 April 1944, THS dibuka kembali oleh Pemerintah Militer Jepang dengan
nama バンドン工業大学 (Bandung Kōgyō Daigaku?)
1942 dengan menyerahnya Hindia Belanda di Kalijati. BKD membuka tiga bagian yaitu
Teknik Sipil (Dobubuka), Teknik Kimia (Oyakagabuka), Listrik dan Mesin (Denki dan
Kikaika). Lama studi untuk menjadi insinyur (kogakusi) adalah tiga tahun, mengikuti
kurikulum yang diterapkan di Tokyo Kogyo Daigaku (Tokyo Institute of Technology)
pada masa itu.
Kemudian pada masa kemerdekaan Indonesia, pada bulan Agustus 1945, namanya
diubah menjadi "Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung" yang membuka tiga bagian
yaitu Bagian Bangunan Jalan dan Air, Bagian Kimia, dan Bagian Mesin dan Listrik
dengan lama studi empat tahun. Pada tahun 1946, STT Bandung dipindahkan ke
Yogyakarta namun karena serbuan tentara Belanda ke Yogyakarta, pada tanggal 19
Desember 1948 STT Bandung di Yogyakarta terpaksa ditutup. Beberapa waktu kemudian
sekolah itu dibuka kembali pada tahun 1949 dengan hanya menyelenggarakan Bagian
Sipil saja dan menjadi cikal bakal lahirnya Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Pada tanggal 21 Januari 1946, NICA mendirikan Nood-Universiteit van Nederlandsch
Indie - Universitas Darurat Hindia Belanda di mana salah satu fakultasnya adalah
Fakultas Teknik sebagai pengganti STT Bandung di lokasi Kampus THS dulu. Sebagian
besar pengajarnya adalah para mantan pengajar THS yang baru saja dibebaskan dari
kamp interniran Jepang[15]
Pada tanggal 12 Maret 1947, NICA mendirikan Universiteit van Indonesie yang berpusat
di Jakarta. Kampus THS berikut para pengajarnya dijadikan Faculteit van Technische
Wetenschap. Pada 6 Oktober 1947, Faculteit van Exacte Wetenschap berdiri.
Ini kemudian menjadi Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam
Universitas Indonesia di Bandung sejak 2 Februari 1950. Pada tanggal 2 Maret 1959,
Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam secara resmi memisahkan diri
menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB).
Didorong oleh gagasan dan keyakinan yang dilandasi semangat perjuangan Proklamasi
Kemerdekaan serta wawasan ke masa depan, Pemerintah Indonesia meresmikan
berdirinya Institut Teknologi di Kota Bandung pada tanggal 2 Maret 1959. Berbeda
dengan harkat pendirian lima perguruan tinggi teknik sebelumnya di kampus yang sama,
Institut Teknologi Bandung lahir dalam suasana penuh dinamika mengemban misi
pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berpijak pada kehidupan nyata di bumi
sendiri bagi kehidupan dan pembangunan bangsa yang maju dan bermartabat.
setelah ditutup sejak 8 Maret
[14]
.
Kurun dasawarsa pertama tahun 1960-an ITB mulai membina dan melengkapi
dirinya dengan kepranataan yang harus diadakan. Dalam periode ini dilakukan persiapan
pengisian-pengisian organisasi bidang pendidikan dan pengajaran, serta melengkapkan
jumlah dan meningkatkan kemampuan tenaga pengajar dengan penugasan belajar ke luar
negeri.
Kurun dasawarsa kedua tahun 1970-an ITB diwarnai oleh masa sulit yang timbul
menjelang periode pertama. Satuan akademis yang telah dibentuk berubah menjadi
satuan kerja yang juga berfungsi sebagai satuan sosial-ekonomi yang secara terbatas
menjadi institusi semi-otonom. Tingkat keakademian makin meningkat, tetapi penugasan
belajar ke luar negeri makin berkurang. Sarana internal dan kepranataan semakin
dimanfaatkan.
Kurun dasawarsa ketiga tahun 1980-an ditandai dengan kepranataan dan proses
belajar mengajar yang mulai memasuki era modern dengan sarana fisik kampus yang
makin dilengkapi. Jumlah lulusan sarjana makin meningkat dan program pasca sarjana
mulai dibuka. Keadaan ini didukung oleh makin membaiknya kondisi sosio-politik dan
ekonomi negara.
Kurun dasawarsa keempat tahun 1990-an perguruan tinggi teknik yang semula hanya
mempunyai satu jurusan pendidikan itu, kini memiliki dua puluh enam Departemen
Program Sarjana, termasuk Departemen Sosioteknologi, tiga puluh empat Program
Studi S2/Magister dan tiga Bidang Studi S3/Doktor yang mencakup unsur-unsur ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, bisnis dan ilmu-ilmu kemanusiaan.
Kini, dengan suplai tahunan pelajar-pelajar Indonesia terbaik, ITB merupakan salah satu
pusat ilmu sains, teknologi, dan seni terbaik di Indonesia.
ITB juga mendukung para pelajar dan aktivitas sosial mereka dengan mendukung
himpunan mahasiswa yang ada di setiap departemen.
Setiap tahunnya, ITB memilih seorang mahasiswa terbaik untuk dikirim ke pemilihan
mahasiswa teladan nasional. Ganesha Prize adalah nama penghargaan untuk mereka yang
mendapatkan gelar mahasiswa terbaik ini. Penghargaan ini biasanya diberikan secara
resmi pada seremoni penerimaan mahasiswa baru.
Sejak tanggal 26 Desember 2000 ITB menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik
Negara (PT BHMN) sebagaimana diatur Peraturan Pemerintah Nomor 155 Tahun 2000.
Sejak tanggal 12 April 2012 ITB menjadi Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh
Pemerintah (PTP) sebagaimana diatur Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2012.
Sejak tanggal 14 Oktober 2013 ITB menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum
(PTN BH) yang memiliki otonomi pengelolaan dalam akademik dan non-akademik
sebagaimana diatur Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2013 tentang STATUTA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG.
Fakultas dan Sekolah[sunting | sunting sumber]
Fakultas/sekolah dan program studi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
1. Matematika (MA) - S1, S2, S2 Pengajaran, dan S3
2. Fisika (FI) - S1, S2, S2 Pengajaran, dan S3
3. Kimia (KI) - S1, S2, S2 Pengajaran, dan S3
4. Astronomi (AS) - S1, S2, S2 Pengajaran, dan S3
5. Aktuaria - S2
6. Sains Komputasi - S2
Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH)
1. Biologi (BI) - S1, S2, dan S3
2. Mikrobiologi (BM) - S1
3. Rekayasa Hayati (BE) - S1
4. Rekayasa Pertanian - S1
5. Rekayasa Kehutanan - S1
6. Biomanajemen - S2
7. Bioteknologi - S2
Sekolah Farmasi (SF)
1. Sains dan Teknologi Farmasi (FA) - S1
2. Farmasi Klinis dan Komunitas (FK) - S1
3. Program Studi Profesi Apoteker
4. Program Pasca Sarjana Farmasi - S2, dan S3
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB)
1. Teknik Geologi (GL) - S1, S2, dan S3
2. Teknik Geodesi dan Geomatika (GD) - S1, S2, dan S3
3. Meteorologi (ME) - S1
4. Oseanografi (OS) - S1
5. Teknik Air Tanah - S2
6. Sains Kebumian - S2, dan S3
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM)
1. Teknik Pertambangan (TA) - S1, S2, dan S3
2. Teknik Perminyakan (TM) - S1, S2, dan S3
3. Teknik Geofisika (TG) - S1, S2, dan S3
4. Teknik Metalurgi (MG) - S1, S2, dan S3
5. Teknik Geothermal - S2
Fakultas Teknologi Industri (FTI)
1. Teknik Kimia (TK) - S1, S2, dan S3
2. Teknik Fisika (TF) - S1, S2, S2 Instrumentasi dan Kontrol, dan S3
3. Teknik Industri (TI) - S1, S2, dan S3
4. Manajemen Rekayasa Industri (MRI) - S1
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD)
1. Teknik Mesin (MS) - S1, S2, dan S3
2. Aeronotika dan Astronotika (AE) - S1, S2, dan S3
3. Teknik Material (MT) - S1, S2, dan S3
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI)
1. Teknik Elektro (EL) - S1, S2, dan S3
2. Informatika (IF) - S1, S2, dan S3
3. Teknik Tenaga Listrik (EP) - S1, S2, dan S3
4. Teknik Telekomunikasi (ET) - S1, S2, dan S3
5. Sistem dan Teknologi Informasi (II) - S1, S2, dan S3
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL)
1. Teknik Sipil (SI) - S1, S2, dan S3
2. Teknik Lingkungan (TL) - S1, S2, dan S3
3. Teknik Kelautan (KL) - S1, S2, dan S3
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK)
1. Arsitektur (AR) - S1, S2, dan S3
2. Perencanaan Wilayah dan Kota (PL) - S1, S2, dan S3
3. Program Magister Studi Pembangunan - S2
4. Program Magister & Doktor Transportasi - S2, S3
5. Program Magister Studi Pertahanan - S2
6. Program Magister Rancang Kota - S2
7. Program Magister Perencanaan Kepariwisataan - S2
Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD)
1. Seni Rupa (SR) - S1
2. Kriya (KR) - S1
3. Desain Komunikasi Visual (DKV) - S1
4. Desain Interior (DI) - S1
5. Desain Produk (DP) - S1
6. Program Magister Seni Rupa - S2
7. Program Magister Desain - S2
8. Program Doktor Ilmu Seni Rupa dan Desain - S3
Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM)
1. Manajemen (MB) - S1
2. Program Magister Sains Manajemen - S2
3. Program Magister Administrasi Bisnis - S2
4. Program Doktor Sains Manajemen - S3
Plaza Widya ITB dengan Gunung Tangkuban Perahu di kejauhan, perhatikan bentuk atap
khas bangunan di ITB.
Bangunan perpustakaan pusat ITB
Fakultas adalah unit pendidikan di ITB yang memiliki beberapa program studi (dulu
departemen), baik di tingkat sarjana, magister, maupun doktor. Sementara itu, sekolah
adalah unit pendidikan yang memiliki beberapa program studi dengan bidang keilmuan
yang berdekatan.
Misalnya, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB memiliki 5 program studi,
yaitu di lingkup keelektroteknikan (Teknik Elektro, Telekomunikasi, dan Tenaga Listrik),
serta di lingkup ilmu komputer (Teknik Informatika dan Sistem Teknologi Informasi).
Namun, cakupan keilmuannya dianggap cukup dekat. Oleh karena itu, meskipun jumlah
program studi di dalamnya semakin banyak, istilah 'sekolah' tersebut tidak diubah
menjadi 'fakultas'.
Secara administratif tidak ada perbedaan yang berarti antara fakultas dan sekolah;
perbedaan fakultas dengan sekolah di ITB hanyalah sekadar terminologi. Keduanya
dipimpin oleh seorang Dekan dengan dibantu oleh 2 orang Wakil Dekan, yaitu Wakil
Dekan bidang Akademik dan Wakil Dekan bidang Sumber Daya.
Akreditasi[sunting | sunting sumber]
Setelah bertahun-tahun mendapatkan akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan nilai A untuk sebagian besar program studinya, pada
tahun 2011 dua program studi ITB meraih akreditasi internasional dari Accreditation
Board for Engineering and Technology (ABET) yang merupakan badan akreditasi
independen terkemuka di Amerika Serikat (AS). Program studi yang mendapatkan
akreditasi dari ABET adalah Program Studi Teknik Elektro dan Program Studi Teknik
Kelautan.
Pada pertengahan Agustus 2012, kembali ITB meraih akreditasi internasional untuk
dua program studi yaitu Program Studi Teknik Kimia dan Program Studi Teknik
Fisika. Kini ITB telah memiliki empat program studi yang terakreditasi secara
internasional, di mana ITB merupakan salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia
yang memiliki akreditasi secara internasional dari ABET. Dengan diraihnya akreditasi
ABET merupakan jaminan bagi para calon mahasiswa dan orang tua untuk memilih
institusi pendidikan yang berkualitas baik secara nasional maupun internasional.[8]
Dengan akreditasi ABET tersebut, lulusan ITB mulai tahun 2012 akan mendapatkan
ijazah tak hanya akreditasi BAN-PT tetapi juga terdapat logo ABET yang membuktikan
bahwa lulusan ITB telah terdidik dengan standar internasional, tidak hanya terlembaga
tetapi juga telah tersertifikasi secara resmi.[8]
Adanya akreditasi ini juga manfaatnya dapat dirasakan oleh para pengguna lulusan ITB.
Anak didik ITB memiliki standar profesional kerja yang dapat disamakan dengan lulusan
luar negeri ternama. Sehingga perusahaan penerima mereka dapat lebih yakin terhadap
almamater mereka.[8]
Kemudian program studi Kimia FMIPA telah berhasil meraih akreditasi internasional
dari The Royal Society of Chemistry (RSC) yang merupakan lembaga akreditasi
terkemuka di Inggris (UK).[16]
Selektifitas[sunting | sunting sumber]
Seleksi penerimaan mahasiswa ITB dilakukan secara ekslusif melalui seleksi secara
nasional. Dalam sejarahnya, ITB adalah universitas yang paling selektif bukan saja di
dalam negeri tapi juga di dunia.[8]
seleksi penerimaan mahasiswa ITB menduduki ranking pertama di Asia.[9]
2008, tingkat penerimaan agregat (aggregate admission rate) ITB adalah 4%,[10]
rendah (lebih selektif) daripada Harvard di tahun yang sama, yakni 9%.[12]
Di tahun 2013, tergantung Falkutas yang bersangkutan, tingkat penerimaan di ITB
berkisar antara 3.5-6.3%,[17]
selektif dari Yale (6.9%), Princeton (7.4%), dan MIT (8.3%).[18]
Di tataran nasional, menurut tingkat keketatan masuk SNMPTN bidang IPA tahun
2009, ITB merupakan perguruan tinggi dengan tingkat kesulitan tertinggi dari 422.159
peserta ujian. Sebagai gambaran untuk tahun 2007 nilai rata-rata ujian seleksi masuk
yang diterima di ITB adalah 808,82; disusul berikutnya UI (762,85), Unair (723,01), ITS
(719,70), UGM (673,52).[19]
[9]
Di tahun 2000, survei Asiaweek mencatat bahwa untuk
Di tahun
lebih
setara dengan Stanford (5.7%) dan Harvard (5.8%) dan lebih
Tahun 2008 ITB (826,01), UGM (774,09), Unair (742,60), UI (732,20), ITS (709,86).[19]
Tahun 2009 ITB (92,54), UGM (88,88), UI (87,11), ITS (83,55), Unair (83,36).[19]
Sedangkan pada tahun 2012, ITB memperoleh nilai rata-rata tertinggi yaitu 788,34;
disusul UI (735,94), UGM (677,63), ITS (675,53), dan Unair di urutan ke lima.[20][21]
Reputasi[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan tingkat kepopuleran perguruan tinggi di dunia maya, dengan jumlah
sampel 335 institusi perguruan tinggi oleh 4icu.org untuk tahun 2012, ITB masih
menjadi perguruan tinggi terpopuler di Indonesia.[22]
dan peringkat ke-82 di dunia (satu-
satunya yang mewakili Indonesia di dalam Top 200 Colleges and Universities in the
ITB menempati peringkat ke-13 di lingkup Asia,[23]
[24]
world)
.
Sedangkan menurut penilaian lembaga pemeringkatan perguruan tinggi asal Inggris
tahun 2009, THE-QS, ITB menempati peringkat 80 di dunia dalam bidang Teknik dan
IT, satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang mampu masuk dalam 100 besar
pemeringkatan. Peringkat pertama sendiri diduduki oleh MIT.
2011 dalam bidang yang sama, peringkat yang ditempati ITB menjadi peringkat 100 di
dunia.[26]
Dari tahun 2007 hingga saat ini, khusus untuk bidang Engineering & Technology dan
Natural Sciences, ITB menempati peringkat pertama di Indonesia dan satu-satunya
kampus di Indonesia yang memperoleh "bintang empat" dari QS World University
[27]
Rankings.
• Pada tahun 2009, QS Asian University Rankings di bidang Engineering &
Technology memberikan ITB peringkat ke-21 di Asia[28]
Indonesia, sementara di bidang Natural Sciences ITB menempati peringkat ke-27
di Asia[29]
• Pada tahun 2010, QS Asian University Rankings di bidang Engineering &
Technology memberikan ITB peringkat ke-30 di Asia[30]
Indonesia, sementara di bidang Natural Sciences ITB menempati peringkat ke-35
di Asia[31]
• Pada tahun 2011, QS Asian University Rankings di bidang Engineering &
Technology memberikan ITB peringkat ke-26 di Asia[32]
Indonesia, sementara di bidang Natural Sciences ITB menempati peringkat ke-41
di Asia[33]
• Pada tahun 2012, QS Asian University Rankings di bidang Engineering &
Technology memberikan ITB peringkat ke-27 di Asia[34]
Hingga pertengahan Juli 2012,
[25]
. Kemudian pada tahun
dan peringkat pertama di
dan peringkat pertama di Indonesia.
dan peringkat pertama di
dan peringkat pertama di Indonesia.
dan peringkat pertama di
dan peringkat pertama di Indonesia.
dan peringkat pertama di
Indonesia, sementara di bidang Natural Sciences ITB menempati peringkat ke-35
di Asia[35]
Rektor[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Rektor Institut Teknologi Bandung
• Prof. Ir. R. Soemono (2 Maret 1959-1 November 1959)[36]
• Prof. Ir. R. Otong Kosasih (1 November 1959-20 April 1964)
• Ir. R. Ukar Bratakusumah (14 April 1964-22 Februari 1965)[37]
• Letnan Kolonel Ir. Koentoadji (22 Februari 1965-1969)
• Prof. Dr. Doddy Achdiat Tisna Amidjaja (1969-7 Desember 1976)
• Prof. Dr. Ing. Iskandar Alisjahbana (7 Desember 1976-14 Februari 1978)
• Dr. Soedjana Sapi'ie (16 Februari 1978-30 Mei 1979)[38]
• Prof. Dr. Doddy Achdiat Tisna Amidjaja (30 Mei 1979-22 November 1980)[39]
• Prof. Hariadi Paminto Soepangkat, Ph.D. (22 November 1980-12 Desember
1988)
• Prof. Ir. Wiranto Arismunandar, MSME (12 Desember 1988-7 Maret 1997)
• Prof. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc., Ph.D. (7 Maret 1997-10 November 2001)
• Ir. Kusmayanto Kadiman, Ph.D. (10 November 2001-21 Oktober 2004)
• Prof. Ir. Adang Surahman, M.Sc., Ph.D. (23 Oktober 2004-29 Januari 2005)[40]
• Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc. (29 Januari 2005-29 Januari 2010)
• Prof. Akhmaloka, Dipl.Biotech., Ph.D. (29 Januari 2010-20 Januari 2015)
• Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA (20 Januari 2015-sekarang)
•
• Azwar Anas, mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, mantan
Gubernur Sumatera Barat
• Armein Z R Langi, Kepala Pusat Penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi
ITB (PPTIK-ITB)
dan peringkat pertama di Indonesia.
• Bambang Harymurti, Mantan Pemimpin Redaksi TEMPO
• Bambang Hidayat, Astronom Dunia
• Bambang Subianto, Mantan Menteri Keuangan
• Baihaki Hakim, Ex Dirut Caltex dan Pertamina
• Betti Alisjahbana, CEO IBM Indonesia
• Budi Rahardjo, pakar IT-Security Indonesia, kolumnis Majalah Info Linux
• BJ Habibie, Presiden RI ke-3, Ahli Teknik Penerbangan
• Budiono Kartohadiprodjo, Mantan Komandan Resimen Mahasiswa Mahawarman
Batalyon I/ITB, Direktur Utama Gatra
• Cacuk Sudarijanto, Mantan Direktur Indosat, Direktur Utama Telkom dan mantan
Kepala BPPN
• Ciputra, Pengusaha
• Dian Angreniwati Soerarso, Direktur Bank Niaga
• Dian Dipa Chandra, atau Candil, penyanyi rock
• Djuanda Kartawidjaja, Mantan Perdana Menteri Indonesia
• Eddie Widiono, Mantan Direktur Utama PLN
• Erna Witoelar, Mantan Menteri Pemukiman & Prasarana Wilayah
• Evita H Legowo, Kepala Dirjen Migas
• Fadel Muhammad, Menteri Kelautan dan Perikanan
• Fadjroel Rachman, Intelektual, CEO Pedoman Group
• Fariz RM, musisi
• Gatot Pujo Nugroho, Gubernur Sumatera Utara periode 2011-2013, 2013-2018
• Ginandjar Kartasasmita, Ketua DPD
• Giri Suseno Hadihardjono, mantan Menteri Perhubungan Indonesia
• Gito Rollies, penyanyi dan aktor
• Hans Wospakrik, Fisikawan
• Harijono Djojodihardjo, Mantan Ketua LAPAN
• Harry Roesli, musisi, politisi, budayawan
• Hartono Rekso Dharsono. Mantan Pangdam Siliwangi, tokoh Petisi 50
• Hartarto Sastrosoenarto , Mantan Menteri Perindustrian
• Hasnul Suhaimi, Direktur Utama PT XL Axiata
• Hatta Rajasa, Menteri Koordinator bidang Perekonomian
• Herman Darnel Ibrahim, Anggota Dewan Energi Nasional dan Mantan Direktur
PLN
• Herman Johannes, Mantan Menteri Pekerjaan Umum, Mantan Rektor Universitas
Gadjah Mada
• Hilmi Panigoro, Pengusaha
• Hotasi Nababan, Mantan Ketua HMS ITB, Direktur Utama Merpati Nusantara
Airlines
• Husein Sastranegara, Perintis TNI-AU, penerbang uji
• Indra Herlambang, Artis
• Iping Supriana, penemu Digital Mark Reader (DMR)
• Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
• Joko Anwar, penulis naskah film
• Jusman Syafii Djamal, Mantan Direktur Utama PT DI, Menteri Perhubungan
• Karen Agustiawan, Dirut Pertamina
• Karlina Leksono, Astronom
• Kuntoro Mangkusubroto, Ketua Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan
• Kusmayanto Kadiman, Mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi
• Laksamana Sukardi, Mantan Menteri Negara BUMN
• Luluk Sumiarso, Deputi ESDM
• Mawardy Nurdin, Wali Kota Banda Aceh
• Muslimin Nasution, Mantan Menteri Kehutanan dan Ketua ICMI
• Nabiel Makarim, Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup (2 semester di
FIKTM ITB)
• Onno W Purbo, pakar teknologi informasi dan tokoh Sumber terbuka Indonesia
• Pantur Silaban, Fisikawan
• Pangeran M. Noor, Mantan Menteri Pekerjaan Umum, Mantan Gubernur
Kalimantan
• Pater Drost, Rohaniwan, Pakar pendidikan
• Prabu Revolusi, Pembawa Acara, Pembaca Berita
• Pramono Anung, Mantan Ketua HMT ITB, Politikus,Sekjen PDI-P
• Purnomo Yusgiantoro, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri
Pertahanan Republik Indonesia
• Rachmat Witoelar, Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup
• Raden Pardede, Komisaris Bank Central Asia
• R Priyono, Kepala BP Migas
• Revantino, Seniman, Budayawan
• Rinaldi Firmansyah, Direktur Utama PT Telkom
• Riza Falepi, Anggota DPD RI 2009-2014, Walikota Payakumbuh
• Rizal Ramli, Mantan Menko Perekonomian
• Rozik Boedioro Soetjipto, mantan Menteri Negara Pekerjaan Umum
• Said Djauharsjah Jenie, Ketua BPPT
• Sakirman, petinggi Politbiro CC PKI dan kakak kandung dari Siswondo Parman
(hilang)
• Salahuddin Wahid, Rohaniwan, Politisi
• Samaun Samadikun, Profesor, Guru Besar di Bidang (Mikro) Elektronika, Mantan
Direktur PAUME Pusat Mikroelektronika
• Sanyoto Sastrowardoyo, Mantan Menteri Negara Investasi, Kepala BKPM
• Sarwono Kusumaatmadja, Anggota DPD, Mantan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara
• Sedyatmo, Penemu Pondasi Cakar Ayam
• Siswono Yudo Husodo, Mantan Menteri Perumahan Rakyat
• Soekarno, Presiden RI pertama
• Sri Bintang Pamungkas, Politisi
• Sudjiwo Tedjo, Seniman, Budayawan
• Suharna Surapranata, mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik
Indonesia Kabinet Indonesia Bersatu II
• Suhono Harso Supangkat Staf Pengajar ITB
• Syafruddin Arsjad Temenggung, Mantan Kepala BPPN
• Taufik Akbar, Ahli Satelit
• Tjia May On, Fisikawan
• Tjokorda Raka Sukawati, Ahli Konstruksi, Penemu Teknik Sosrobahu
• Tri Haryo Susilo, CEO PT Rekayasa Industri
• Wimar Witoelar, Pengamat Sosial & Politik
• Winardi Sutantyo, Astronom
• Wiranto Arismunandar, Mantan Menteri Pendidikan & Kebudayaan
• Wiratman Wangsadinata, Ahli Konstruksi
• Wiyoto Wiyono, Ahli Konstruksi
• Yusuf Bilyarta Mangunwijaya, rohaniwan, novelis, aktivis HAM
• Yani Panigoro, Pengusaha, Pimpinan Medco Group
• Zuhal, mantan Menteri Riset & Teknologi, mantan Dirut PLN
Prestasi[sunting | sunting sumber]
• Juara pertama kategori robot terbang sayap tetap (fix wing), desain terbaik, dan
presentasi terbaik dalam Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2014 [43]
• Merit Awards (runner up), Asia Pasific Information and Communication
Technology Alliance (APICTA) Awards 2009 di Australia, 15-17 Desember
2009[44]
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar